GpY8TUWlGpA9TfA5GfdpBUYp

Headline:

Ketika Fadli Zon ditunjuk Parabowo, Dedi Mulyadi hapus PR Siswa

Ketika Fadli Zon ditunjuk Parabowo & Dedi Mulyadi hapus PR siswa, dua keputusan ini mengguncang arah pendidikan & penghargaan bangsa.

Ketika Fadli Zon ditunjuk Parabowo, Dedi Mulyadi hapus PR Siswa

yakangedu.com
- Ketika Fadli Zon ditunjuk Parabowo - Saat langit fajar baru saja merekah dan kopi baru saja mendarat di meja, publik dikejutkan dua kabar dari dua tokoh negeri. Di satu sisi, Fadli Zon resmi ditunjuk Presiden Prabowo Subianto sebagai Ketua Dewan Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan. Di sisi lain, Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, menghapus PR alias Pekerjaan Rumah untuk siswa se-Jawa Barat. Kombinasi yang tak terduga, seperti bubur ayam tanpa kerupuk tapi tetap gurih!

Judulnya memang unik: Ketika Fadli Zon ditunjuk Parabowo, Dedi Mulyadi hapus PR Siswa dan ternyata isinya nggak kalah seru dari sinetron jam prime time.

Siapa, Apa, dan Mengapa?

Siapa yang Terlibat?

  • Fadli Zon, politisi senior yang kini punya tugas baru sebagai Ketua Dewan GTK RI.

  • Prabowo Subianto, Presiden RI yang menunjuk Fadli berdasarkan Keppres Nomor 3/TK/2025.

  • Dedi Mulyadi, Gubernur Jabar yang melempar bola panas soal penghapusan PR.

  • Para pelajar, orangtua, dan guru yang langsung terdampak.

  • Rakyat + netizen budiman, yang rame-rame membahas topik ini di tongkrongan dan medsos.

Apa yang Terjadi?

Fadli Zon Punya Tugas Baru

Ketika Fadli Zon ditunjuk Parabowo, Dedi Mulyadi hapus PR Siswa

Fadli Zon resmi menjabat Ketua Dewan Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan (GTK) RI. Dewan ini bukan sekadar bagi-bagi penghargaan, tapi ibarat "tim seleksi nasional" untuk pahlawan dan tokoh bangsa. Tugas mereka berat: menyaring, menilai, dan menobatkan mereka yang pantas dikenang sejarah.

Fadli menyebut gelar kehormatan bukan cuma simbolik, tapi bentuk penghormatan tertinggi bangsa. Katanya, "Saya berkewajiban memastikan setiap gelar yang diberikan mencerminkan nilai kejuangan, pengabdian, dan keteladanan."

So, nggak bisa asal tunjuk, bro! Harus lewat seleksi ketat, dari nilai historis hingga keteladanan.

Dedi Mulyadi Meledakkan “Bom Pendidikan”: PR Dihapus!

Ketika Fadli Zon ditunjuk Parabowo, Dedi Mulyadi hapus PR Siswa

Sementara di Jabar, Dedi Mulyadi bikin langkah yang menggetarkan ruang kelas. Lewat Surat Edaran Nomor 81, Dinas Pendidikan Jabar resmi menghapus PR. Alias: Nggak ada lagi PR, gaes! Semua tugas harus kelar di jam sekolah.

Menurut Dedi, PR itu seringkali justru jadi kerjaan orangtua, bukan siswa. Jadi ngapain capek-capek kasih PR kalau bukan si anak yang ngerjain?

Dan lebih dari itu, beliau bilang: biarlah anak-anak pulang sekolah bisa jadi manusia seutuhnya. Santai, tapi tetap berkarya.

“Saya ingin anak di rumah bisa baca buku dengan rileks, bermusik, berolahraga, bantu orangtua, ke sawah, ke kebon... Produktif, tapi jangan keluar rumah lewat jam 21.00,” katanya.

Kapan dan Di Mana Semua Ini Terjadi?

Lokasi dan Waktu

  • Penunjukan Fadli Zon sebagai Ketua Dewan GTK terjadi secara resmi pada awal Juni 2025 melalui Keppres RI.

  • Surat Edaran penghapusan PR diumumkan Rabu, 4 Juni 2025 dan akan berlaku efektif mulai tahun ajaran baru mendatang di seluruh wilayah Jawa Barat.

Jadi, buat kamu yang di Jabar, siap-siap merasakan sekolah rasa baru!

Kenapa Ini Jadi Isu yang Bikin Kepala Miring?

Mengapa Fadli Zon yang Ditunjuk?

Karena posisi Ketua Dewan GTK butuh sosok yang punya wawasan sejarah dan pengalaman politik. Fadli Zon, yang dikenal sebagai tokoh vokal dan aktif di banyak forum budaya, dianggap pas memimpin lembaga yang tugasnya memilih tokoh bersejarah Indonesia.

Bukan cuma soal “siapa berjasa”, tapi juga bagaimana menjaga memori kolektif bangsa tetap hidup di tengah zaman yang makin cepat lupa.

Mengapa PR Dihapus oleh Dedi Mulyadi?

Karena PR, menurut Dedi, seringkali justru membuat anak stres, apalagi kalau ternyata yang ngerjain malah emak-bapaknya. Alih-alih bikin anak mandiri, PR justru bisa bikin anak tertekan dan kehilangan waktu bersama keluarga.

Langkah ini juga jadi bagian dari upaya mendorong pendidikan yang lebih humanis, fleksibel, dan sesuai zaman. Di era digital dan serba cepat ini, pendidikan juga butuh “rem tangan”, biar anak-anak nggak burnout.

Bagaimana Implementasinya?

Gaya Baru Belajar Tanpa PR

Dengan sistem baru ini, seluruh aktivitas pembelajaran akan dikemas padat dan fokus selama jam sekolah. Guru dan siswa harus pintar-pintar mengatur waktu, biar tugas dan latihan selesai sebelum lonceng pulang berbunyi.

Setelah itu? Waktu bebas! Tapi bukan berarti santuy tanpa arah. Anak-anak justru diarahkan untuk aktif di kegiatan yang membentuk karakter:

  • Membaca buku, main musik, olahraga.

  • Ikut kegiatan keagamaan atau sosial.

  • Bantu usaha keluarga: warung, kebun, atau ternak.

  • Belajar wirausaha kecil-kecilan.

Targetnya: anak bisa tetap berkembang, tapi dengan cara yang fun dan sesuai minat.

Apa Kata Warga?

Risa, Orangtua dari Bandung

“Senang sih, anak jadi bisa fokus di rumah. Tapi bingung juga, kalau nggak ada PR, saya jadi nggak tahu anak saya ngerti pelajarannya atau nggak,” kata Risa, seorang ibu dari daerah Kopo, Bandung.

Dia juga menyebut, mulai tahun ajaran baru nanti, jam masuk sekolah dimajukan jadi pukul 06.30 WIB. Artinya, anak-anak harus bangun lebih pagi. Sebuah tantangan baru dalam pola hidup pelajar dan orangtua.

Antara Gelar Kehormatan dan Sekolah Tanpa PR

Dua keputusan yang terjadi di waktu bersamaan ini seperti dua sisi koin pendidikan Indonesia: satu bicara soal menghargai jasa masa lalu, satunya bicara soal mencetak generasi masa depan.

Di satu sisi, Fadli Zon punya tugas menjaga sejarah dan nilai-nilai kepahlawanan tetap hidup. Di sisi lain, Dedi Mulyadi mencoba menciptakan sistem pendidikan yang lebih ramah, sehat, dan manusiawi.

Keduanya punya benang merah: menghormati manusia baik yang telah berjasa, maupun yang sedang belajar tumbuh.

Pesan Edukasi

Ketika Fadli Zon ditunjuk Parabowo, Dedi Mulyadi hapus PR Siswa

Pendidikan itu bukan cuma tentang angka di rapor atau banyaknya PR yang menumpuk. Pendidikan sejati adalah proses menemukan makna, tumbuh sebagai pribadi, dan memberi dampak positif untuk sekitar.

PR bukan satu-satunya cara bikin anak pintar. Terkadang, waktu bersama keluarga, bermain di alam, atau bantu di dapur bisa jadi “kelas kehidupan” yang jauh lebih bermakna.

Buat para guru, yuk kita ciptakan kelas yang seru dan bermakna tanpa harus mengandalkan PR. Buat orangtua, mari dukung anak tumbuh dengan cara yang sehat, penuh cinta dan waktu berkualitas. Buat siswa? Ini saatnya jadi mandiri dan berani eksplorasi minatmu!

Karena belajar bukan soal siapa yang paling cepat selesai, tapi siapa yang paling paham dan bahagia dalam prosesnya. 

“Hari baru adalah kesempatan baru. Tumbuhlah, belajarlah, dan tetap jadi cahaya di tengah tantangan zaman.” - (ye)**

Table of contents

0Comments

Form
Link copied successfully